Senin, 22 November 2010

Menyusuri DUGEM di Wan Chai Hongkong


Menyusuri kompleks dugem di Wan Chai Hongkong
Kawasan Dugem ; dunia gemerlap yang terletak di distric Wan Chai ini sudah tidak asing lagi bagi TKI atau BMI (Buruh Migran Indonesia) di Hongkong. Uniknya pada beberapa dugem yang ada mereka sengaja di khususkan untuk TKI yang mayoritas adalah perempuan. Dugem-dugem tersebut mempunyai ciri khas sendiri untuk menarik dan menservice para pelanggannya. “burung akan selalu terbang dengan burung yang bersayap sama” dengan mengetahui kesamaan tersebut, mereka akan dengan mudah mengetahui dugem mana yang cocok untuk komunitas mereka.

Senja mulai merambat mendekati malam, lampu –lampu jalannan sedari tadi setia menerangi menambah keindahan kota Wancahi yang syahdu.

Setelah keluar dari MTR Wan Chai, di sepanjang Lockhart road yang terbentang dari Causeway Bay hingga Wan Chai terdapat banyak dugem-dugem tersebut.

Agak ragu dan gemetar saat memasuki dugem pertama yang Posmo jumpai. Dengan dadanan ala kadarnya seperti anak tomboy nan seksi dengan leluasa bisa masuk ke arena Galaxy, Suara musik hinggar bingar memekakan telinga. Setelah memutar dan mengambil duduk di sudut ruangan. Bersebelahan dengan pasangan lesbi yang tengah bermasyuk ria, ada juga pasangan lain yang sedang teller entah karena minuman berakohol ataupun memang karena sedang memanjat gunung. Dengan mengikuti hentakan musik, Posmo berjalan kembali memutari ruangan, tiba-tiba seorang gadis manis ndeplok dan memeluk dari belakang, ada perasaan kaget dan takut juga saat mencoba melepaskan diri dari pelukan gadis itu, seorang tomboy melotot mendekati, dengan tersenyum semanis mungkin perlahan menjauh dari pasangan tersebut.
Kemudian langkah menuju pub Laguna, dugem ini juga terkenal dengan banyaknya BMI yang bermain sekedar menghilangkan strees setelah 6 hari bekerja ataupun memang sengaja mencari pasangan, untuk menambah penghasilan. Masih dengan dandanan seksi, memberanikan diri masuk, di pintu yang di jaga oleh beberapa bodyguard yang bertubuh kekar, membuat nyali mlengkeret. Dengan membayar HKD 20 untuk penitipan tas, Posmo kembali menebar pesona dengan hati – hati mengamati keadaan sekeliling. Irama musik yang keras memacu gerakan tubuh-tubuh seksi berbalutkan busana yang belum jadi semakin erotis, dari gaya ngebornya Inul sampai Anita Bahar, tak ketinggalan ala Dewi persik apalagi seronoknya Maria Eva. Sementara di bagian sisi lain beberapa pasangan berciuman mesra saling meraba. Dari sudut mata, Posmo merasa ada yang mengkutitnya, namun tetap mencoba untuk tenang, maklum sebagai pengunjung baru. sekitar 10 menit berkeliling, Posmo bermaksud keluar dari ruangan itu, tetapi langkah terhenti oleh bodyguard yang meminta no telpon sambil colak-calek. Ingin memaki tapi hanya di tahan, karena sudah menjadi resiko. Akhirnya dengan berbagai alasan bisa lepas dari tempat itu.

Malam semakin larut, tujuan berikutnya Diskotic Fenwick. Ditempat ini agak sedikit berbeda, ada tempat yang di khususkan untuk berdisco di tengah ruangan menghadap panggung dengan iringan live music. Karena ke asyikan melihat kelihaian yang bergoyang, tanpa di sadari seorang laki-laki bule mendekat dan mengajak untuk berdisco, agak kikuk mengikuti keras iramanya. Hanya beberapa saat kemudian keluar lagi menuju Makati yang suasananya tak jauh berbeda dengan dogem yang lain.
Suasana di Makati lebih hingar, cewek seksi dan tomboy ada disana, berjoged ria, bercanda, sepuasnya menikmati semua suguhan yang mengasyikan. Posmo agak kesulitan berjalan di antara tubuh-tubuh yang menggeliat mengikuti hentakan musiknya, asap rokok mengepul disana sini bercampur dengan baunya minuman.

Pada kesempatan yang lain, dengan mengambil posisi di pojok sebuah Café dekat perempatan kawasan dogem, dengan di temani segelas orange juice. Dua orang gadis seksi dan cantik menghampiri posmo yang tengah menunggunya. Sebut saja Indi (36) dan Dahlia (24). Dari kedua gadis itu kemudian posmo mendapat banyak cerita tentang pengalaman mereka di dunia gemerlap Distric Wan Chai.

Indi mengaku sudah 15 tahun bergelut di dunia Wan Chai. Selama itu ia merasa enjoy menikmatinya. Bibir mungilnya selalu menebarkan senyum dan menyapa orang-orang bule yang lewat, beberapa di antara mereka memberikan ciuman pada dua orang gadis itu.

“dengan mengenal mereka aku merasa ikut gaya pikirku kayak mereka, modern dan tidak kolot, otak mereka jenius, Karena mereka para usahawan dan pembisnis” celotehnya.

Indi juga mengatakan kalau hubungan dengan majikan juga baik-baik saja, walau majikan mengetahui kegiatan hari liburnya, “mereka don’t care, yang penting waktunya kerja ya kerja, waktunya libur ya terserah aku, jam liburku juga tidak dibatasi, aku mau pulang pagi juga ga papa lain dengan Dahlia jam 9 harus sudah sampai rumah seperti teman-teman yang lain” imbuhnya.
Umumnya kawasan dugem bila hari minggu mulai sepi mendekati jam 9 malam, karena umumnya para pekerja migrant terutama dari Indonesia harus pulang ke rumah majikan sebelum jam 9 malam. Kalaupun masih ada BMI yang berkeliaran di atas jam itu biasanya mereka adalah para overstay. Lain dengan yang berasal dari Negara lain seperi Philipina, karena mereka sengaja datang ke Hongkong untuk menghibur, dan mereka terkoodinir dengan rapi. Adapula yang datang dari Indonesia dengan Visa turis tetapi masih dapat di hitung dengan jari.
Disinggung dengan masalah kesehatan, Indi mengatakan bagi teman-teman yang sering main ke Wan Chai umumnya kesehatan mereka terjamin. Mereke rutin chek-up kesehatan ke dokter specialist. “ bule-bule itu kan gak mau punya cewek kotor, harus bersih dan terjamin” tuturnya
Menurut mereke gonta-ganti pasangan, putus cinta adalah hal lumrah, karena mereka paham betul bahwa dunia yang mereka geluti hanya untuk mencari hiburan ”just fun” tambah Dahlia yang memang sewaktu di Indonesia sudah sering malang melintang di dunia hiburan. Namun tidak bagi Indi selama beberapa tahun terakhir tidak pernah berganti pasangan.

Walau dengan keadaan sekarang yang menurutnya ”kurang baik” ia tetap bersyukur karena selama ini ia tidak terpengaruh terhadap pemakaian obat-obat te