Pemalang, (tvOne). Masinis Kereta Api Argobromo Anggrek diancam hukuman tujuh tahun penjara atas kasus tabrakan KA Argobromo Anggrek dengan KA Senja Utama di Petarukan Jawa Tengah pada Awal Oktober lalu. Puluhan masinis dan rekan sejawat karyawan PT KAI turut hadir dalam sidang perdana yang digelar di Pengadilan Negeri Pemalang untuk memberikan dukungan moril. The more authentic information about mobil keluarga ideal terbaik indonesia you know, the more likely people are to consider you a mobil keluarga ideal terbaik indonesia expert. Read on for even more mobil keluarga ideal terbaik indonesia facts that you can share.
Terdakwa Muhammad Khalik dituntut hukuman tujuh tahun penjara karena telah melakukan kelalaian hingga menyebabkan tewasnya 43 orang. Jaksa Penuntun Umum menjerat terdakwa dengan Pasal 206 ayat 3 Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Junto Pasal 206 ayat 2 Undang-Undang No.23 tentang Perkeretaapian. Terdakwa diduga mengantuk saat mengemudikan KA Argobromo Anggrek sehingga mengabaikan lampu sinyal tanda berhenti. KA Argobromo Anggrek akhirnya menabrak KA Senja Utama yang sedang berhenti di jalur tiga Stasiun Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dengan kecepatan 90 kilometer/jam. Dalam sidang perdana yang digelar di Pengadilan Negeri Pemalang Kamis siang, (16/12) puluhan rekan sejawat terdakwa juga hadir guna memberikan dukungan moril bagi terdakwa. Namun, dalam eksepsinya yang juga dibacakan dalam sidang Kamis siang, (16/12), Kuasa hukum terdakwa, Tugiman, S.H., merasa tidak sependapat dan memaparkan bahwa terdapat beberapa kejanggalan dalam dakwaan jaksa. Diantaranya, Pasal yang disangkakan penyidik dalam berkas pemeriksaan kepolisian sebelumnya adalah Pasal 359 dan 360 KUHP tentang Kelalaian dan Bukan Pasal dalam Undang-Undang Perkeretaapian. Digunakannya Undang-Undang khusus Perkeretaapian juga mestinya menggunakan penyidik khusus yang terdiri dari ahli kereta api dan bukan penyidik dari kepolisian seperti yang saat ini terjadi.
Terdakwa Muhammad Khalik dituntut hukuman tujuh tahun penjara karena telah melakukan kelalaian hingga menyebabkan tewasnya 43 orang. Jaksa Penuntun Umum menjerat terdakwa dengan Pasal 206 ayat 3 Undang-Undang No.23 Tahun 2007 Junto Pasal 206 ayat 2 Undang-Undang No.23 tentang Perkeretaapian. Terdakwa diduga mengantuk saat mengemudikan KA Argobromo Anggrek sehingga mengabaikan lampu sinyal tanda berhenti. KA Argobromo Anggrek akhirnya menabrak KA Senja Utama yang sedang berhenti di jalur tiga Stasiun Petarukan, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah dengan kecepatan 90 kilometer/jam. Dalam sidang perdana yang digelar di Pengadilan Negeri Pemalang Kamis siang, (16/12) puluhan rekan sejawat terdakwa juga hadir guna memberikan dukungan moril bagi terdakwa. Namun, dalam eksepsinya yang juga dibacakan dalam sidang Kamis siang, (16/12), Kuasa hukum terdakwa, Tugiman, S.H., merasa tidak sependapat dan memaparkan bahwa terdapat beberapa kejanggalan dalam dakwaan jaksa. Diantaranya, Pasal yang disangkakan penyidik dalam berkas pemeriksaan kepolisian sebelumnya adalah Pasal 359 dan 360 KUHP tentang Kelalaian dan Bukan Pasal dalam Undang-Undang Perkeretaapian. Digunakannya Undang-Undang khusus Perkeretaapian juga mestinya menggunakan penyidik khusus yang terdiri dari ahli kereta api dan bukan penyidik dari kepolisian seperti yang saat ini terjadi.
