Rabu, 01 Desember 2010

sudut malamnya jogja

coffeeNote ini sebenarnya komentar yang ingin kukirimkan ke Faris. Dua hari ini sibuk baca blog Faris (www.farisalfadh.co.nr), nyuri2 waktu di kantor. Sayang banget, susahnya minta ampun buat ngepost comment di blognya. Sering banget gagal. Itu juga mungkin yg bikin blog Faris sepi komen. Padahal bagus2 tulisannya.

Dalam tulisan Faris tentang jogja, ia menyinggung soal habitnya menelusuri ruas malam jogja utk sekadar cari tempat discus dan kuliner yg asyik. Jika membicarakan soal kota Jogja, maka aku akan teringat segalanya. Segalanya dalam hidupku. Karena Jogja tempatku tinggal sejak lahir. Meski sudah 21 tahun aku tinggal, jarang sekali aku bisa menikmati ruas-ruas malam kotaku sendiri. Itu karena aku ditakdirkan lahir dari orangtua yang selalu bilang “ora elok” jika perempuan berkeliaran di jalan tengah malam. Tidak masalah. Larangan tak enak jika tidak dilanggar sesekali. Yang penting aku melakukannya tanpa membuat ibuku merasa aturannya telah dilanggar. Caranya? he he…itu rahasia.

Heeem…nikmat sekali mojok di kafe sebelah selatan perempatan concat dengan sofa merah empuk sambil nyeruput espresso. Bukan karena kopinya yg enak, melainkan karena harganya yg mahal tapi gelasnya kecil. Deg-degan juga karena aku satu-satunya gadis berjilbab yang duduk disana hingga pukul 1 malam. Sedang disekelilingku laki-laki yang tidak kukenal. Ah, tak apa lah. Pura-pura sibuk saja supaya tidak diganggu.

Samar kudengar diseberang meja ada empat laki-laki seusia kakakku sedang membicarakan (jika boleh GR) aku. Sepertinya keheranan. Sepertinya merencanakan untuk menyapaku, dan tiba-tiba “Mbak, udah malem kok belum pulang? sendirian aja?”. Heh, aku pura-pura kaget. “Iya, masih asyik browsing” kubilang. “Cewek kaya mbak kan harusnya udah dirumah jam segini”. Ups, kenapa aku? tak nampak kah oleh mereka disudut sana juga ada makhluk cewek dengan tank-top dan rok mini sedang meniup-niupkan asap dari dalam mulutnya. Dan dia menyebutku dengan istilah ‘cewek kaya mbak’, ooh…barangkali karena aku berjilbab. Aku tersenyum dan dengan ringan kujawab “Salah kah kalo saya disini sampe pagi?”. Kemudian mereka menjawab dengan alasan yang tidak masuk di akalku untuk menyatakan bahwa aku salah berada disana hingga dini hari.